Ingatlah tidak ada arang batu yang menjadi intan tanpa melalui tekanan demi tekanan. Hidup yang melalui kesukaran dan dugaan adalah untuk menjadikan kita lebih kuat dan lebih memahami orang lain. Cuma hati yang pernah dilapah yang boleh merasa besarnya erti kasih dan sayang sesama manusia.

Tuesday, 20 September 2011

Kisah Aisyah Radiallahua`nha

Aisyah Radiallahua`nha

Aisyah adalah salah seorang putri tersayang Sayidina Abu Bakar, sahabat Nabi yang setia, yang kemudian menggantikan Nabi sebagai khalifah yang pertama. Ia lahir di Mekkah 614 M, delapan tahun sebelum permulan zaman hijrah. Orang tuanya sudah memeluk agama Islam. Sejak kecil anak gadis itu telah dididik sesuai dengan tradisi paling mulia, agama baru itu, dan dengan sempurna dipersiapkan dan diberinya hak penuh untuk kemudian menduduki tempat yang mulia.

Aisyah menjadi isteri Nabi selama 10 tahun. Masih muda sewaktu dinikahkan dengan Nabi, tetapi memiliki kemampuan sangat baik sehingga dapat menyesuaikan diri dengan tugas barunya. Kehadirannya membuktikan bahwa ia seorang yang cerdas dan setia, dan sebagai isteri, sangat mencintai tokoh dermawan paling besar bagi umat manusia. Di seluruh dunia, Aisyah diakui sebagai pembawa riwayat paling otentik bagi ajaran Islam seperti apa yang telah disunahkan oleh suaminya. Aisyah dianugerahi ingatan yang sangat tajam, dan mampu mengingat segala pertanyaan yang diajukan para tamu wanita kepada Nabi, serta juga mengingat segenap jawaban yang diberikan oleh Nabi. Diingatnya secara sempurna semua kuliah yang diberikan Nabi kepada para delegasi dan jamaah di masjid. Kerana kamar Aisyah itu bersebelahan dengan masjid, dengan cermat dan tekun ia mendengarkan dakwah, kuliah dan diskusi Nabi dengan para sahabat dan orang-orang lain. Ia mengajukan juga pertanyaan-pertanyaan kepada Nabi tentang soal-soal yang sulit dan rumit sehubungan dengan ajaran agama baru itu. Hal-hal inilah yang menyebabkan ia menjadi ilmuwan dan periwayat yang paling besar dan paling otentik bagi sunnah Nabi dan ajran Islam.

Aisyah tidak ditakdirkan hidup bersama-sama dengan Nabi untuk waktu yang lama. Pernikahannya itu berlangsung hanya 10 tahun saja. Tahun 11 H, 632 M, Nabi wafat dan dimakamkan di kamar yang di huni Aisyah.

Nabi digantikan oleh sahabat yang setia, Abu Bakar, sebagai khalifah Islam yang pertama. Aisyah terus menduduki urutan kesatu, dan setelah Fatimah meninggal dunia pada tahun 11 H, Aisyah dianggap sebagai wanita yang paling penting di dunia Islam. Tetapi ayahnya, Abu Bakar, tidak berumur panjang. Ia meninggal dunia beberapa tahun setelah wafat Nabi.

Selama kekuasaan Umar al-Faruq yang kedua, Aisyah menduduki posisi sebagai ibu utama di seluruh daerah-daerah Islam yang secara cepat makin meluas. Orang datang untuk meminta nasihat-nasihatnya yang bijaksana tentang segala hal yang penting.

Umar terbunuh dan kemudian khalifah Usman. Dua peristiwa kesyahidan tersebut telah mengguncangkan sendi-sendi negara baru itu, dan menjurus kepada perpecahan yang tragis di kalangan umat Islam. Keadaan itu sangat merugikan agama yang sedang menyebar luas dan berkembang dengan cepat, yang pada waktu itu telah menjalar sampai ke batas pegunungan Atlas di sebelah barat, dan ke puncak-puncak Hindu Kush di sebelah timur.

Aisyah tidak dapat tinggal diam sebagai penonton dalam menghadapi perpecahan itu. Dengan sepenuh hati ia membela mereka yang menuntut balas atas kesyahidan khalifah yang ketiga. Di dalam Perang Unta, suatu pertempuran melawan Ali, khalifah yang keempat, pasukan Aisyah kalah dan ia terus mundur ke madinah di bawah perlindungan pengawal yang diberikan oleh putra khalifah sendiri.

Beberapa orang sejarawan yang menaruh minat terhadap peristiwa itu, baik yang Muslim maupun yang bukan, memberikan kritik kepada Aisyah dalam pertempuran melawan Ali. Tetapi tidak seorang pun yang meragukan kesungguhan hati dan keyakinan Aisyah untuk menuntut balas bagi darah Usman.

Aisyah menyaksikan berbagai perubahan yang dialami oleh Islam selama 30 tahun kekuasaan Khalifah yang saleh. Ia meninggal dunia tahun 678 M. ketika itu kekuasaan berada di tangan Muawiyah. Penguasa ini amat takut kepada Aisyah dengan kritik-kritiknya yang pedas berkenaan dengan negara Islam.

Ibu utama agama Islam ini terkenal dengan bermacam ragam sifatnya, kesalehannya, umurnya, kebijaksanaannya, kesederhanaannya, kemurahan hatinya, dan kesungguhan hatinya untuk menjaga kemurnian riwayat sunnah Nabi.

Kesederhanaan dan kesopanannya segera menjadi obor penyuluh bagi wanita Islam sejak waktu itu juga. Ia menghuni ruangan yang berukuran kurang dari 12x12 kaki bersama-sama dengan Nabi. Ruangan itu beratap rendah, terbuat dari batang dan daun kurma, belantaikan tanah. Pintunya cuma satu, dan hanya ditutup dengan secarik kain yang digantungkan di atasnya. Selama masa hidup Nabi, jarang Aisyah tidak kekurangan makan. Pada malam hari ketika Nabi menghembuskan nafasnya yang terakhir, Aisyah tidak mempunyai minyak untuk menyalakan lampu, dan makanan tidak ada sedikitpun.

Sewaktu khalifah Umar berkuasa, Aisyah jarang menahan wang atau pemberian yang diterimanya sampai keesokan harinya, karena semuanya itu segera dibagikan kepada orang-orang yang memerlukannya. Pada suatu hari di bulan Ramadhan, waktu Abdullah bin Zubair menyerahkan sekantung wang sejumlah satu lakh dirham, Aisyah membahagikan wang itu sebelum waktu berbuka puasa.

Aisyah pada zamannya terkenal sebagai dermawan. Pengabdiannya kepada masyarakat, dan usahanya untuk mengembangkan pengetahuan orang tentang sunnah dan fiqih, tidak ada tandingannya di dalam catatan sejarah Islam. Jika orang menemukan persoalan mengenai sunnah dan fiqh yang sukar untuk dipecahkan, soal itu akhirnya di bawa ke Aisyah, dan kata-kata Aisyah menjadi keputusan terakhir. Kecuali Ali, Abdullah bin Abbas dengan Abdullah ibn Umar, Aisyah jug termasuk kelompok intelektual di tahun-tahun pertama Islam.

Ibu agung agama Islam ini menghembuskan nafasnya yang terakhir 17 Ramadhan, 58 H (13 Julai, 678 M). kematiannya menimbulkan rasa duka terutama di Madinah dan di seluruh dunia Islam.

Aisyah bersama Khadijah dan Fatimah az-Zahra dianggap sebagai wanita yang paling menonjol di kalangan wanita Islam. Kebanyakan para ulama menempatkan Fatimah ditangga teratas, diikuti Khadijah, dan Aisyah yang terakhir. Fatimahlah yang berada di tempat teratas, kerana anak tersayang Nabi, Khadijah itu agung karena dialah orang pertama yang memeluk agama Islam. Tetapi, tidak seorang pun yang menandingi Aisyah mengenai peranannya dalam menyebarluaskan ajaran Nabi.

Monday, 19 September 2011

Allah Tidak Jauh, Doa Sentiasa Mustajab

Antara tanda kasih sayang dan rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia tidak mewujudkan sebarang halangan untuk seorang hamba memohon kepada-Nya. Insan diperintahkan berhubung langsung dengan Allah tanpa sebarang 'broker' dalam hubungan yang suci itu. Tiada sebarang perantaraan antara Allah dan hamba-hamba-Nya.
Islam menolak segala unsur keberhalaan yang menjadikan makhluk sebagai tuhan jelmaan menggantikan tuhan yang hakiki. Islam menganggap perbuatan memohon kemakbulan doa dari makhluk adalah syirik. Tidak kira siapa pun makhluk itu. Sama ada dia nabi ataupun wali.
Seorang muslim tidak diizinkan pergi ke kubur mereka dan menyeru: wahai fulan tolonglah saya! Atau: Wahai nabi tolonglah tenteramkan jiwa saya! Atau: Wahai wali sembuhkanlah penyakit saya!
Perbuatan itu adalah syirik. Mukmin hanya meminta doa daripada Allah. Firman Allah: (maksudnya)
"Dan tiada yang lebih sesat dari orang yang menyeru selain Allah, yang tidak dapat menyahut seruannya sehinggalah ke hari kiamat, sedang mereka (makhluk-makhluk yang mereka sembah itu) tidak dapat menyedari permohonan tersebut. Dan apabila manusia dihimpunkan (untuk dihitung amalan pada hari akhirat), segala yang disembah itu menjadi musuh (kepada orang-orang yang menyembahnya) dan membantah mereka." (Surah al- Ahqaf: 5-6).
Firman Allah: (maksudnya)
"Allah jua yang memasukkan malam kepada siang dan memasukkan siang kepada malam (silih berganti), dan Dia yang memudahkan peredaran matahari dan bulan; tiap-tiap satu dari keduanya beredar untuk suatu masa yang telah ditetapkan. Yang melakukan semuanya itu ialah Allah Tuhan kamu, bagi-Nyalah kuasa pemerintahan; sedangkan mereka yang kamu sembah selain Allah itu tidak mendengar permohonan kamu, dan kalaulah mereka mendengar pun, mereka tidak dapat memperkenankan pemohonan kamu; dan pada hari kiamat pula mereka mengingkari perbuatan syirik kamu. Dan (ingatlah) tiada yang dapat memberi tahu kepadamu (Wahai Muhammad, akan hakikat yang sebenarnya) seperti yang diberikan Allah Yang Maha mendalam pengetahuan-Nya." (Surah Fatir: 13-14).
Maka perbuatan memohon selain Allah, sama ada menyeru berhala secara terang atau memanggil nama para wali seperti Abdul Qadir al-Jailani atau wali 'songo' atau apa sahaja termasuk dalam kerja-kerja syirik yang diharamkan oleh nas- nas al-Quran dan al-sunah.
Nabi s.a.w. begitu menjaga persoalan akidah ini. Daripada Ibn 'Abbas:
"Bahawa seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w: "Apa yang Allah dan engkau kehendaki." Maka baginda bersabda kepadanya: Apakah engkau menjadikanku sekutu Allah, bahkan (katakan): apa yang hanya Allah kehendaki." (Riwayat al-Imam Ahmad dinilai sahih oleh Al-Albani, Silsilah al-Ahadith al-Sahihah, 1/266).
Bandingkanlah ketegasan Nabi ini dengan ajaran sesetengah guru tarekat atau sufi yang mencetuskan segala unsur keajaiban pada diri mereka agar dikagumi oleh pengikutnya. Akhirnya, mereka seakan Tuhan yang disembah, atau wakil Tuhan yang menentukan penerimaan atau penolakan amalan pengikutnya. Bahkan untung rugi nasib masa depan pengikut pun seakan berada di tangan mereka. Demikian juga, pengikut yang melampau, berlebih-lebihan memuja tokoh agama, akhirnya boleh terjerumus kepada kesyirikan. Terlampau memuja tokoh seperti itulah yang menyebabkan banyak individu dianggap keramat dan suci sehingga dipanggil 'tok keramat' lalu mereka seakan dimaksumkan.
Kemudian, datang pula orang-orang jahil ke kubur mereka membayar nazar atau meminta hajat mereka ditunaikan. Sehingga apabila saya ke Urumuqi di China, ada satu gua yang kononnya dianggap tempat Ashabul Kahfi yang disebut dalam al-Quran itu. Ramai yang pergi melakukan kesyirikan dengan meminta hajat di situ. Saya beritahu bahawa dalam dunia ini entah berapa banyak gua yang didakwa kononnya tempat Ashabul Kahfi. Ada di Turki, Jordan dan lain-lain.
Semuanya dakwaan tanpa bukti. Sama juga kononnya tempat-tempat sejarah nabi yang didakwa oleh sesetengah pihak. Tiada petunjuk yang dapat memastikan ketulenannya. Jika pun benar, mereka bukan tuhan untuk seseorang meminta hajat. Inilah yang terjadi kepada Nabi Isa. Dari seorang nabi yang diutuskan, akhirnya manusia menabalkannya menjadi anak Tuhan. Meminta hajat daripada orang-orang agama atau soleh setelah mereka mati adalah syirik. Islam tidak kenal perkara seperti itu. Islam tulen bebas dari segala unsur kebodohan tidak bertebing itu.
Ada yang cuba membela dengan menyatakan: bukan apa, mereka ini ialah orang yang dekat dengan Allah, kita ini jauh. Maka kita gunakan perantaraan mereka. Macam kita hendak dekat dengan menteri atau raja. Saya kata kepada mereka: Adakah awak menganggap Allah itu sama dengan tabiat raja atau menteri awak? Dakwaan inilah yang disanggah oleh al-Quran sekeras-kerasnya.
Firman Allah: (maksudnya)
"Ingatlah! Hanya untuk Allah agama yang bersih (dari segala rupa syirik). Dan orang-orang musyrik yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi pelindung itu berkata: "Kami tidak menyembah mereka (tuhan-tuhan palsu) melainkan untuk mendekatkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya". Sesungguhnya Allah akan menghukum antara mereka tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta (mengatakan yang bukan- bukan), lagi sentiasa kufur (dengan melakukan syirik)." (Surah al-Zumar:3).
Setelah Allah menceritakan tentang bulan Ramadan dan kewajiban puasa, Allah terus menyebut kemustajaban doa. Ia menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara puasa Ramadan dan janji Allah untuk memustajabkan doa hamba-hamba-Nya. Allah berfirman (maksudnya):
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menyahut seruan-Ku (dengan mematuhi perintah-Ku), dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk." (Surah al-Baqarah: 186).
Demikian, Allah itu sentiasa hampir dengan kita, mendengar dan memperkenankan doa kita. Sesiapapun boleh sampai kepada-Nya. Tiada pengawal atau orang tengah yang menghalang seorang hamba untuk merintih dan merayu kepada Tuhannya. Siapapun hamba itu. Apa pun bangsanya dan apa pun bahasa doanya. Apa pun sejarah buruk dan baiknya.
Tuhan sentiasa sudi mendengar lalu memustajabkan pemohonan mereka dengan cara yang dikehendaki-Nya. Bertambah banyak hajat dan permohonan seorang hamba, bertambah kasih dan dekat Allah kepadanya. Amat berbeza dengan tabiat makhluk yang lemah ini. Walau bagaimana baik pun seseorang dengan kita, namun jika kita terlalu meminta, perasaan jemu dan bosan akan timbul dalam jiwanya. Allah Maha Suci dari demikian. Dia menyuruh kita berdoa dan membanyakkan doa. Ini kerana doa adalah lambang kehambaan diri kepada zat yang Maha Agung.
Firman Allah (maksudnya):
"Dan Tuhan kamu berfirman: Berdoalah kamu kepada-Ku nescaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takbur daripada beribadat (berdoa kepada-Ku) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina." (Surah Ghafir: 60).
Seseorang kadangkala tidak perasan bahawa apabila dia berdoa kepada Allah sebenarnya dia sedang melakukan ibadah yang besar. Walaupun pada zahirnya kelihatan dia sedang memohon untuk kepentingan diri sendiri, namun hakikatnya dia sedang membuktikan keikhlasan tauhidnya kepada Allah dan ketundukan kepada Tuhan Yang Sebenar. Maka dengan itu Nabi menyatakan: Doa itu adalah ibadah. (Riwayat Abu Daud dan al- Tirmizi, sahih). Jika sepanjang malam seorang hamba berdoa kepada Allah, bererti sepanjang malam dia melakukan ibadah yang besar.
Doa sentiasa diterima oleh Allah. Jika ada yang kelihatan tidak diterima, mungkin ada beberapa faktor yang mengganggu. Mungkin pemohonan itu tidak membawa kebaikan jika dimustajabkan. Allah Maha Mengetahui. Seperti hasrat kita ingin mengahwini seseorang yang kita suka, lalu kita berdoa agar Allah menjadikan dia pasangan kita. Allah lebih mengetahui jika itu tidak baik untuk kita lalu Allah memilih untuk kita pasangan yang lain. Atau Allah memustajabkan doa orang lain yang lebih dikehendaki-Nya. Atau Allah memustajabkan doa calon berkenaan yang inginkan orang lain. Segalanya mungkin. Namun doa tidak sia-sia. Pahala tetap diberikan, kebaikan yang lain pula akan diganti di dunia dan di akhirat.
Sabda Nabi s.a.w.:
"Tiada seorang muslim yang berdoa dengan suatu doa yang tiada dalamnya dosa, atau memutuskan silaturahim melainkan Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara: sama ada disegerakan kemakbulan atau disimpan untuk diberikan pada hari akhirat, ataupun dijauhkan keburukan yang sepandan dengannya." (Riwayat Ahmad, al-Bazzar dan Abu Ya'la dengan sanad yang sahih).
Maka, ada doa kita kepada Allah diterima olehnya di dunia. Ada yang tidak diberi disebabkan hikmat yang Allah lebih mengetahuinya, lalu disimpan doa itu di sisi-Nya untuk diberikan pada hari akhirat dengan yang lebih baik dan lebih utama untuk kita. Atau doa itu ditukar dengan kebaikan-kebaikan yang lain seperti diselamatkan kita dari pelbagai bahaya yang sebahagian besarnya tidak pernah diduga. Betapa banyak keberbahayaan yang menimpa orang lain, tetapi kita diselamatkan oleh Allah. Tidak juga kerana permohonan kita dalam perkara tersebut atau kebijaksanaan kita, namun barangkali doa kita dalam perkara yang lain, lalu diberikan gantian keselamatan untuk kita dalam perkara yang tidak diduga.
Kadangkala Dia tidak memberikan kepada kita sesuatu permohonan disebabkan rahmat-Nya kepada kita. Barangkali ingin menyelamatkan kita. Dia Maha Mengetahui, jika diberikan, mungkin kita hanyut atau menempuh sesuatu yang merugikan kehidupan di dunia atau akhirat. Kita pun demikian. Bukan bererti apabila seorang bapa tidak tunaikan kehendak anaknya tanda kebencian terhadapnya. Bahkan sebahagian besarnya kerana kasih sayang dek bimbang jika diberikan akan mendatangkan kemudaratan. Maha Suci Allah untuk dibandingkan dengan kita semua, namun yang pasti rahmat-Nya sentiasa melimpah. Jika Dia menangguhkan doa kita, tentu ada hikmah-Nya.
Di samping itu hendaklah kita faham, doa itu bermaksud permohonan. Seorang yang berdoa mestilah bersungguh-sungguh dalam doanya. Maka tidaklah dinamakan berdoa jika tidak faham apa yang kita doa. Sebab itu saya amat hairan dengan sesetengah orang yang berdoa tanpa memahami maksud. Sesetengah mereka menghafal teks Arab kerana hendak menjadi 'tekong' doa dalam pelbagai majlis.
Malangnya, ada yang tidak faham apa yang dibaca dan yang mengaminkan pun sama. Ada orang merungut, kata mereka, umat Arab di Masjidilharam dan Masjid Nabawi tidak baca doa selepas solat beramai-ramai. Itu menunjukkan mereka tidak kuat pegangan Islam mereka. Saya katakan: Islam tidak diturun di kampung halaman kita, ia diturunkan di Mekah dan Madinah. Mereka melakukan apa yang menjadi amalan Rasulullah. Lagipun seseorang yang bersolat disuruh berdoa ketika dalam solat dan berwirid selepasnya. Dalam hadis, kita diajar agar berdoa ketika sujud dan selepas membaca tasyahud sebelum salam. Di situlah antara waktu mustajabnya doa.
Sabda Nabi s.a.w.:
"Paling dekat hamba dengan tuhannya adalah ketika sujud, maka banyakkan doa ketika sujud." (Riwayat Muslim).
Nabi memberitahu tentang doa selepas tasyahud sebelum memberi salam dalam solat:
"Berdoalah pasti mustajab, mintalah pasti akan diberikan." (Riwayat al-Nasai, sanadnya sahih).
Bukan bererti orang yang kita tengok tidak mengangkat tangan berdoa kuat beramai-ramai selepas solat itu tidak berdoa. Kita yang barangkali kurang faham sedangkan mungkin mereka berdoa dalam solat melebihi kita. Jika seseorang berdoa selepas memberi salam, tentulah dalam banyak hal, hajat makmum dan imam tidak sama. Maka jangan marah jika kita lihat orang berdoa bersendirian.
Nasihatilah mereka yang membaca doa tanpa faham maksudnya, atau mengaminkan tanpa mengetahui isinya. Lebih menyedihkan, kadangkala doa dibaca dengan nada dan irama yang tidak menggambarkan seorang hamba yang sedang merintih memohon kepada Allah. Sebahagian nada itu, jika seseorang bercakap kepada kita dengan menggunakannya pun kita akan pertikaikan. Layakkah nada seperti itu sebagai doa kepada Allah yang Maha Agung?
Benarlah sabda Rasulullah s.a.w.:
"Berdoalah kamu kepada Allah Taala dalam keadaan kamu yakin akan dimustajabkan. Ketahuilah sesungguhnya Allah tidak menerima doa dari hati yang lalai dan alpa." (Riwayat al-Tirmizi, disahihkan oleh al-Albani).
Pelajari kitab nas-nas agama tentang doa kerana ianya amat penting bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
- Artikel iluvislam.com
- Sumber : drmaza.com

Friday, 16 September 2011

Memahami Persoalan Bida'ah




Artikel ini ditulis di atas permintaan sahabat untuk memahami permasalahan mengenai bidaah. Saya tidak bercadang untuk membawa dalil-dalil dari kitab-kitab yang besar untuk menerangkan masalah yang tiada berkesudahan ini. Sekadar pemerhatian, saya dapati sudah banyak artikel mengenainya ditulis yang dipetik daripada kitab ulamak dan juga dalil al-Quran dan al-Hadis. Namun apa yang ingin saya kongsikan bersama suatu kefahaman yang perlu ada kepada kita untuk memahami permasalahan ini yang sengaja dibesar-besarkan agar umat Islam terus berselisih sepanjang zaman sehingga melupakan perkara yang lebih besar daripada membincangksn masalah khilafiyah yang sudah diselesaikan oleh ulamak terdahulu beratusan tahun.

Namun, kerana wujudnya segelintir golongan yang tidak ingin berpedoman dengan kalam ulamak bahkan mereka lebih suka untuk menggunakan kalam mereka sendiri menyebabkan mereka hanyut dalam kefahaman yang mereka cipta sendiri. Ulamak dikatakan manusia biasa. Mempunyai potensi untuk melakukan kesilapan namun persoalannya apakah kita luar biasa? Apakah pandangan kita tidak ada potensi untuk silap? Sudah tentu pandangan kita yang dangkal dan tidak dipandukan dengan dowaabit syariyyah yang betul, lebih berpotensi untuk silap berbanding ulamak-ulamak kita yang jika dihitung kitab dan tulisan mereka tidak termampu oleh kita untuk merenangi lautan ilmu mereka. Justeru, menyebabkan kita hanyut di lautan yang luas bersama rakit kecil.

Sayugia difahami, untuk memahami nas syar’iyyah kita memerlukan penguasaan ilmu alat. Ilmu alat merupakan suatu sifir dan formula yang disusun oleh ulamak bersumberkan al-Quran dan al-Hadis. Formula ini disusun setelah mereka merenangi lautan ilmu yang luas daripada kalamullah dan kalam Rasulillah SAW. Bukan hanya berakit ke hulu lalu merasakan diri sudah hebat dan jaguh di lautan ilmu Allah SWT. Kesilapan memahami hadis Rasulillah SAW merupakan suatu pendustaan ke atas nama Nabi SAW yang dijanjikan “seat” kelas VVIP di dalam api neraka Allah SWT seperti mana yang telah disabdakan oleh junjungan besar SAW.

Bidaah bukan suatu hukum. Jika kita mempelajari ilmu usul fiqh kita tidak akan menemui satu hukum yang dinamakan sebagai bidaah. Hukum ada 5 yang disebut sebagai hukum takhlifi iaitu wajib, haram, sunat, makruh dan harus. Jadi, sesuatu perkara bidaah hendaklah dihukumkan dengan 5 hukum ini samada ia bidaah yang wajib, bidaah yang haram, bidaah yang sunat, bidaah yang makruh atau bidaah yang harus. Maka kita tidak boleh hukumkan semua bidaah adalah haram kerana terdapat bidaah yang wajib seperti menyusun al-Quran di dalam satu mushaf yang kita tahu ia berlaku pada zaman Sayyidina Uthman R.A. iaitu zaman sahabat Radhiallahu ‘Anhum. Tidak berlaku pada zaman Nabi SAW. Maka Islam tidak menganggap ia sesuatu yang haram bahkan wajib kerana jika tidak disusun di dalam satu mushaf yang dikenali sebagai mushaf uthmani pada zaman kita ini maka keaslian al-Quran tidak akan terjamin kerana masing-masing akan membaca mengikut lahjah (loghat) mereka.

Saya boleh membincangkan topik ini daripada sudut bahasa arab itu sendiri. Adakah kullu yang digunakan oleh Nabi SAW menunjukkan tidak terkecuali yakni semua atau sebahagian sahaja? Tidak ada takhsis dan sebagainya. Mengapa digunakan lafaz nakirah pada perkataan bidaatin? Kenapa digunakan perkataan muaannas iaitu bida’ah tidak digunakan bid’un sahaja namun saya tidak berhasrat untuk membincangkannya pada artikel ini. Cukuplah jika kita memahami bahawa kalam nabi SAW merupakan kalam berbahasa arab dan mesti difahami dengan menggunakan bahasa arab yang betul mengikut qawaid nahwiyyahnya. Jika kita mengetahui makna bahasa arab dengan bantuan kamus jangan merasa terlalu bijak untuk memahami kalam Nabi SAW yang agung sehinggakan penyair-penyair arab yang hebat bahasanya di zaman jahiliyyah tidak dapat menandingi kesusasteraan bahasa Nabi SAW.

Kecuaian dalam memahami istilah hadis. Apakah yang dimaksudkan dengan hadis Nabi SAW? Hadis ialah “apa yang disandarkan kepada Nabi SAW daripada perkataan atau perbuatan atau pengakuan atau sifat kejadian tubuh Nabi SAW atau akhlaknya”. Ulamak usuliyyun yakni ulamak usul fiqh tidak mengambil kira sifat kejadian Nabi SAW dan akhlak sebagai dalil hukum. Dengan perkataan yang lain. Ulamak usuliyyun mengambil kira 3 aspek daripada 5 aspek ini untuk menentukan sesuatu hukum iaitu perkataan Nabi SAW, perbuatan Nabi SAW dan akuan atau diam Nabi SAW.

Kebiasaan golongan yang suka membidaahkan umat Islam melihat kepada dua sahaja iaitu apa yang dikatakan oleh Nabi SAW dan apa yang dibuat oleh baginda dan mencuaikan yang ketiga iaitu hadis taqriri atau sunnah taqririyyah. Jika Nabi tak buat dan Nabi tak kata maka bidaah padahal di sana masih ada satu lagi kategori hadis yang dicuaikan oleh mereka iaitu sunnah taqririyyah.

Sunnah taqririyyah ialah sesuatu yang Nabi diam padanya. Nabi tidak kata boleh dan Nabi tidak kata tak boleh atau haram maka dikira sebagai harus. Pernah belaku di zaman Nabi SAW, para sahabat memakan dhob (binatang padang pasir bentuknya seperti biawak) dihadapan Nabi SAW tetapi Nabi tidak memakannya dan Nabi SAW tidak melarang sahabatnya daripada makan maka ulamak menganggap ia suatu yang halal kerana jika ia suatu yang diharamkan oleh Allah SWT maka pasti dilarang oleh Nabi SAW kerana seorang Nabi tidak akan redha dengan maksiat yang dilakukan oleh umatnya dan menjadi kewajipan seorang Nabi untuk menyatakannnya. Maka inilah yang dikatakan sebagai hadis taqriri atau sunnah taqririyyah. Nabi tak kata dan Nabi tak buat tapi adakah Nabi larang? Jika tidak ada larangan daripada Nabi SAW mengapa kita memandai-mandai untuk melarang dan mengatakannnya haram?

Jika kita melarang apa yang Nabi SAW tidak larang kita juga sebenarnya melakukan bidaah yang lebih besar kerana kita mengada-ngadakan larangan sesuatu yang Nabi SAW sendiri tidak larang..

Kerana kecuaian kita dalam memahami sunnah taqririyah ini maka kita melarang apa yang Nabi SAW tidak pernah melarang seperti tahlil, berzikir selepas solat secara berjemaah, terawih secara berjemaah, talqin kepada orang yang telah mati, bacaan yasin malam jumaat dan seumpamanya bahkan nun jauh di sana ada dilalah yang membenarkan semua itu walaupun daripada sudut parktikalnya berbeza kerana ia termasuk daripada perkara yang luas dan tidak ditetapkan begini-begini. Adapun bidaah yang haram ialah seperti kita menambah bilangan rakaat solat yang secara qot’ie telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya.

Adapun permasalahan baca yasin maka tidak menjadi satu kesalahan jika kita ingin membacanya pada malam jumaat atau pada malam-malam yang lain tanpa mewajibkannya. Namun dengan kelebihan surah yasin yang digelar sebagai qalbul quran (jantung al-Quran) dan kebesaran malam jumaat yang digelar sebagai sayyidul ayyam (penghulu segala hari) maka jika digabung keduanya sudah pasti kita akan mendapat ganjaran yang besar di sisi Allah SWT.

 

Monday, 12 September 2011

Alhambra: Peradaban Islam di Andalusia



alhambraAlhambra, sering juga dijuluki "Istana yang Hilang" atau "Kejayaan yang Sirna". Alhambra yang terletak di Andalusia (nama yang diberikan umat Islam untuk Spanyol) menyimpan rekaman sejarah kehebatan ilmu pengetahuan, karya sastra, seni dan arsitektur umat Islam. Bahkan Cordova, wilayah dimana Alhambra berdiri disebut sebagai puncak kecemerlangan ilmu pengetahuan Islam, di saat Barat sedang dalam Abad Kegelapan. alhambraMenurut Washington Irving dalam bukunya berjudul "Al-Hamra", penyebab kemunduran umat Islam di Andalusia, bukan karena kehebatan dan kekuatan tentara Salib (seperti banyak disimpulkan oleh para sejarawan) tetapi karena pertikaian internal, Dan sayang, istana yang begitu megah itu tak lagi diurus, bahkan dijarah dan dihancurkan, termasuk Perpustakaan CORDOVA yang menyimpan banyak dokumen penting bagi ilmu pengetahuan

Awal kedatangan pasukan Islam di Spanyol berawal kabar dari Julian, seorang Gubernur Ceuta, yang memohon kepada Musa bin Nusair, raja Muda Islam di Afrika untuk memerdekakan negerinya, karena di negerinya (Andalusia) sedang dilanda kekacauan yang hebat. Kemudian atas perintah Raja Muda tersebut, beliau memerintahkan Thariq bin Ziyad keturunan Barbar salah seorang Panglima Islam untuk Raja Muda yaitu Musa bin Nusair, maka Tariq dan Pasukannya mengunjungi tanah Andalusia.

Tariq membawa pasukannya kurang lebih 12.000 orang ke Gibraltar pada Mei tahun 711 M. Tanggal 19 Juli 711 M, Raja Muda dan Tariq bin Ziyad bersama pasukannya telah mengalahkan pasukan Kristen di daerah Muara Sungai Barbate. Kemudian, Tarik membagi pasukannya ke-4 (empat) wilayah penting yaitu, Toledo, Kordoba, Malaga, dan Granada.

Timbullah untuk mendirikan kerajaan Islam di tanah Spanyol. Dengan Raja Mudanya di Toledo yang bekuasa tahun 711-756 M berada di bawah pengawasan Bani Umayyah di Damaskus. Kemudian disusul oleh kerajaan-kerajaan Islam lainnya dan juga berdiri Mulukuth Thawaif atau raja-raja kecil, seperti di Malaga di bawah Raja Hamudian (1010-1057); Saragoza di bawah pimpinan Raja Tujbiyah (1019-1039) yang dilanjutkan Raja Huddiyah (1039-1142); Valencia di bawah pimpinan Raja Amiriyah (1021-1096); Badajos dengan Raja Aftasysyiyah (1022-1094); Sevilla di bawah Raja Abbadiyah (1023-1069); Toledo di bawah pimpinan Raja Dzun Nuniyah (1028-1039).

alhambraIstana Alhambra didirikan oleh kerajaan Bani Ahmar atau bangsa Moor (Moria) (bangsa yang berasal dari daerah Afrika Utara), satu kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Andalusia sekarang Spanyol. Kerajaan ini adalah Daulat Bani Ahmar yang berkuasa antara 1232-1492 M, didirikan oleh Sultan Muhammad bin Al-Ahmar atau Bani Nasr yang masih keturunan Sa'id bin Ubaidah, seorang sahabat Rasulullah saw. yang berasal dari suku Khazraj di Madinah. Bangunan Istana Alhambra dibangun kurang lebih tahun 1238 dan 1358 M oleh sultan tersebut yang diteruskan oleh keturunan raja-raja Bani Ahmar. Istana Alhambra tidak langsung didirikan, namun secara bertahap.

Bangsa Berber atau Moor pertamakali menundukkan Andalusia dalam cahaya Islam. Berabad-abad umat Islam berusaha memakmurkan negeri yang gersang, tandus, dan penduduknya yang angkuh dan keras itu, hingga kemudian menjadi sebuah negeri yang subur, makmur, dan menjadi pusat peradaban dunia.

alhambraIstana ini dilengkapi dengan taman mirta semacam pohon myrtuscommunis dan juga bunga-bunga yang indah harum semerbak, serta suasana yang nyaman. Kemudian, ada juga Hausyus Sibb (Taman Singa), taman yang dikelilingi oleh 128 tiang yang terbuat dari marmer. Di taman ini pula terdapat kolam air mancur yang dihiasi dengan dua belas patung singa yang berbaris melingkar, yakni dari mulut patung singa-singa tersebut keluar air yang memancar. Di dalamnya terdapat berbagai ruangan yang indah, yaitu, Ruangan Al-Hukmi (Baitul Hukmi), yakni ruangan pengadilan dengan luas 15 m x 15 m, yang dibangun oleh Sultan Yusuf I (1334-1354); Ruangan Bani Siraj (Baitul Bani Siraj), ruangan berbentuk bujur sangkar dengan luas bangunan 6,25 m x 6,25 m yang dipenuhi dengan hiasan-hisan kaligrafi Arab; Ruangan Bersiram (Hausy ar-Raihan), ruangan yang berukuran 36,6 m x 6,25 m yang terdapat pula al-birkah atau kolam pada posisi tengah yang lantainya terbuat dari marmer putih. Luas kolam ini 33,50 m x 4,40 m dengan kedalaman 1,5 m, yang di ujungnya terdapat teras serta deretan tiang dari marmer; Ruangan Dua Perempuan Bersaudra (Baitul al-Ukhtain), yaitu ruang yang khusus untuk dua orang bersaudara perempuan Sultan Al-Ahmar; Ruangan Sultan (Baitul al-Mulk); dan masih banyak ruangan-ruangan lainnya seperti ruangan Duta, ruangan As-Safa', ruangan Barkah, Ruangan Peristirahatan sultan dan permaisuri di sebelah utara ruangan ini ada sebuah masjid yakni Masjid Al-Mulk.

Selain itu, istana merah ini dikelilingi oleh benteng dengan plesteran yang kemerah-merahan. Yang lebih unik lagi pada bagian luar dan dalam istana ini ditopang oleh pilar-pilar panjang sebagai penyangga juga penghias istana Alhambra. Kemudian, dinding istana itu baik di luar atau pun dalam istana banyak dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi Arab dengan ukiran yang khas yang sulit dicari tandingannya.

alhambraSemula kerajaan ini hanya kerajaan kecil saja namun dengan cepatnya kerajaan ini menjadi kerajaan kuat dan megah hingga dua setengah abad lebih berkuasa. Kekuatan ini bukan saja dari kematangan pola pikir para pemimpinnya, tetapi keadaan alam pun ikut mendukung kejayaannya. Wilayah Granada termasuk daerah sebuah bukit atau pegunungan yang indah dengan ketinggian kurang lebih 150 m, dengan luas kira-kira 14 ha, satu daerah yang sukar dimasuki oleh musuh namun mudah dipertahankan, sekarang Bukit La Sabica.

Pada masa kejayaannya istana Alhambra ini dilengkapi dengan barang-barang berharga seperti barang yang terbuat dari logam mulia, perak, dan permadani-permadani indah yang masih alami buatan tangan manusia.

Raja-raja Bani Ahmar sangat memperhatikan akan kemakmuran rakyat sehingga pada saat itu bidang pertanian, dan roda perniagaan sangat maju. Selama 260 tahun kerajaan raja-raja Bani Ahmar berkuasa, namun timbul di antara mereka perselisihan juga sengketa. Inilah yang menyebabkan lemahnya kerajaan Bani Ahmar. Bagaimanapun gigihnya usaha Sultan Muhammad XII Abu Abdillah an Nashriyyah raja terakhir Bani Ahmar untuk menyelamatkan kerajaannya, akhirnya runtuh juga oleh dua buah kerajaan Kristen yang bersatu dari utara. Maksud dari dua buah kerajaan ini adalah karena perkawinan Karel/Ferdinand V (L. 1452-W. 1516) dari Aragon menikah dengan saudari Henry IV yaitu Ratu Isabella (L. 1451-W. 1504) dari Castille dan Leon. Keduanya menikah tahun 1469. Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella ini, keduanya yang mendukung dan membantu rencana penjelajahan Columbus di tahun 1492.

Pada pertengahan 1491 M, Raja Ferdinand V telah mengepung Granada selama tujuh bulan, Ferdinand V berkemah di Gumada di sebelah selatan kota. Sebelumnya Ferdinand V telah menguasai kota-kota lain seperti MalagaAlmeria. Yang terakhir adalah Granada yang diserahkan oleh raja terkahir Bani Ahmar Abu Abdillah. Penyerahan Granada ini diserahkan di halaman Istana Alhambra. pelabuhan terkuat di Andalusia, kemudian Guadix dan Almunicar, dan Baranicar.

alhambraDemikianlah Granada takluk dan menyerah yang diduduki oleh pengikut-pengikut Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella pada tanggal 2 Januari 1492 M/2 Rabiul Awwal 898 H. Karena kegigihan dan perjuangan Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella, Paus Alexander VI (L. 1431-W. 1503) yang terkenal dengan perjanjian Tordesillasnya pada tahun 1494 ia memberi gelar raja dan ratu ini sebagai "Catholic Monarch" atau "Los Reyes Catolicos" atau Raja Katolik.

Dengan kemenangan umat Kristen inilah orang-orang Islam dipaksa keluar dari tanah Spanyol, untuk yang mau menetap harus berpindah agama. Selain dari itu, orang-orang Yahudi pun ikut terusir dari tanah ini. Padahal, saat kekuasaan Islam sedang berjaya mereka mendapat tempat, kehormatan, dan pekerjaan yang layak oleh orang-orang Muslim Spanyol.

Yang sangat menyedihkan perpustakan-perpustakaan Islam ikut dibakar dan dihancurkan. Karya tulis yang sampai kepada kita hanyalah bagian terkecil dari karya-karya pemikir Islam di zamannya hingga sekarang sulit dicari tandingannya, yang sebagian besarnya dihancurkan dan dibakar. Alhambra yang megah pun dengan benteng yang berwarna kemerah-merahan kian tak terawat, kusam, dan tak terlihat wajah aslinya, dan dijadikan Istana Kristen. Kemudian, Masjid Kordoba yang megah didirikan oleh Sultan Abu Yusuf Al-Muwahhid pada tahun 785 M yang diperbesar pada tahun 848, 961, 1187 M., dialih-fungsikan menjadi Gereja Santa Maria de la Sede.

alhambraHampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di Spanyol, dari Kordoba hingga Granada adalah bukti nyata sebagai kejayaan Islam tempo dulu serta peradaban tinggi di tanah Andalusia. Salah satu bukti adalah Istana Alhambra ini, satu bangunan yang telah berdiri hingga sekarang yang hampir delapan abad pula usianya masih tetap kokoh walaupun sebagian kecil ada yang sudah lenyap. Kemasyuran istana ini kerena daya pesona serta keindahan arsitekturnya yang sungguh luar biasa.

dicopy dari lama: http://www.namagraph.comSumber: mesjid-asri.blogspot.com

Friday, 2 September 2011

HARI RAYA



Hari raya adalah saat berbahagia dan bersuka cita. Kebahagiaan dan kegembiraan kaum mukminin di dunia adalah karena Tuhannya, yaitu apabila mereka berhasil menyempurnakan ibadahnya dan memperoleh pahala amalnya dengan kepercayaan terhadap janji-Nya kepada mereka untuk mendapatkan anugerah dan ampunan-Nya. Allah Ta 'ala berfirman :

"Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.

Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. " (Yunus: 58).

Sebagian orang bijak berujar: "Tiada seorang pun yang bergembira dengan selain Allah kecuali karena kelalaiannya terhadap Allah, sebab orang yang lalai selalu bergembira dengan permainan dan hawa nafsunya, sedangkan orang yang berakal merasa Senang dengan Tuhannya."

Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam tiba di Madinah, kaum Anshar memiliki dua hari istimewa, mereka bermain-main di dalamnya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, (yaitu) 'Idul fitri dan 'Idul Adha (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i dengan sanad hasan).

Hadits ini menunjukkan bahwa menampakkan rasa suka cita di hari Raya adalah sunnah dan disyari'atkan. Maka diperkenankan memperluas hari Raya tersebut secara menyeluruh kepada segenap kerabat dengan berbagai hal yang tidak diharamkan yang bisa mendatangkan kesegaran badan dan melegakan jiwa, tetapi tidak menjadikannya lupa untuk ta'at kepada Allah.

Adapun yang dilakukan kebanyakan orang di saat hari Raya dengan berduyun-duyun pergi memenuhi berbagai tempat hiburan dan permainan adalah tidak dibenarkan, karena hal itu tidak sesuai dengan yang disyari'atkan bagi mereka seperti melakukan dzikir kepada Allah. Hari Raya tidak identik dengan hiburan, permainan dan penghambur-hamburan (harta), tetapi hari Raya adalah untuk berdzikir kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam beribadah. Makanya Allah gantikan bagi umat ini dua buah hari Raya yang sarat dengan hiburan dan permainan dengan dua buah Hari Raya yang penuh dzikir, syukur dan ampunan.

Di dunia ini kaum mukminin mempunyai tiga hari Raya: hari Raya yang selalu datang setiap minggu dan dua hari Raya yang masing-masing datang sekali dalam setiap tahun.

Adapun hari Raya yang selalu datang tiap minggu adalah hari Jum'at, ia merupakan hari Raya mingguan, terselenggara sebagai pelengkap (penyempurna) bagi shalat wajib lima kali yang merupakan rukun utama agama islam setelah dua kalimat syahadat.

Sedangkan dua hari Raya yang tidak berulang dalam waktu setahun kecuali sekali adalah:

1. 'Idul Fitri setelah puasa Ramadhan, hari raya ini terselenggara sebagai pelengkap puasa Ramadhan yang merupakan rukun dan asas Islam keempat. Apabila kaum muslimin merampungkan puasa wajibnya, maka mereka berhak mendapatkan ampunan dari Allah dan terbebas dari api Neraka, sebab puasa Ramadhan mendatangkan ampunan atas dosa yang lain dan pada akhirnya terbebas dari Neraka.

Sebagian manusia dibebaskan dari Neraka padahal dengan berbagai dosanya ia semestinya masuk Neraka, maka Allah mensyari'atkan bagi mereka hari Raya setelah menyempurnakan puasanya, untuk bersyukur kepada Allah, berdzikir dan bertakbir atas petunjuk dan syari'at-Nya berupa shalat dan sedekah pada hari Raya tersebut.

Hari Raya ini merupakan hari pembagian hadiah, orang-orang yang berpuasa diberi ganjaran

puasanya, dan setelah hari Raya tersebut mereka mendapatkan ampunan.

2. 'Idul Adha Oiari Raya Kurban), ia lebih agung dan utama daripada 'Idul Fitri. Hari Raya ini terselenggara sebagai penyempurna ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima, bila kaum muslimin merampungkan ibadah hajinya, niscaya diampuni dosanya.

Inilah macam-macam hari Raya kaum muslimin di dunia, semuanya dilaksanakan saat rampungnya ketakwaan kepada Yang Maha Menguasai dan Yang Maha Pemberi, di saat mereka berhasil memperoleh apa yang dijanjikan-Nya berupa ganjaran dan pahala. (Lihat Lathaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 255-258)

via: Facebook.com

Perkara Nikah di Kalangan Masyarakat Melayu

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Terlebih dahulu amba ingin menghulurkan ucapan Selamat Hari Raya Aidilfitri kepada seluruh muslimin muslimat dimana saja berada, dengan iringan doa semoga Lebaran ditahun ini akan lebih mendatangkan kebaikan didalam kehidupan kita dan sejagat, Insya`ALLAH.


Mengenai dengan tajuk perbualan yang ingin dikisahkan ialah perkara Nikah kahwin dikalangan masyarakat melayu, tidak tertumpu hanya di Brunei , tetapi dimana saja ada bangsa Melayu (tidak semua lahhh). Kita pun sudah maklum dengan hal sedemikian, tetapi apa yang kita dengarkan dan hadapi pada ketika dizaman ini perkara Nikah ini seolah-olah telah menjadi satu beban yang cukup besar kepada golongan tertentu.


Ini adalah disebabkan dengan sikap kitani sendiri yang sering menyifatkan perkahwinan tu harus diadakan dengan suasana yang cukup meriah dan GAH! Tidak cukup hanya dengan catering, malah harus ditempah satu dewan bagi menjamu tetamu. Apabila kita mengimbas keadaan dizaman-zaman lampau, yang mana dulu majlis perkahwinan sering dibuat dikampung-kampung, desa-desa dengan hadirnya banyak kaum keluarga yang saling menghulurkan bantuan dalam menyelenggarakan majlis, dan kenangan itu memang cukup dan manis sering teringat-teringat walaupun kitani sudah berada jauh dizaman yang serba canggih ini.


Berbalik kepada persoalan kenapa PAYAH nya bekawin masani, yelah kerna adanya DEMAND yang cukup tinggi hingga membebankan bagi pihak yang kurang berkemampuan. Bagi golongan yang berjawatan tinggi dan menjawat gaji yang lumayan, memang bagi mereka perkara ini amat mudah, tetapi bagaimana dengan mereka yang berpendapatan sederhana?????


Apakah senario sebegini akan terus menerus menular dikalangan masyarakat kita??? Kenapa soal nikah kahwin harus disifatkan TERLALU MAHAL??? Sedangkan melalui Hadis Nabi Muhammad s.a.w ada menyatakan:
“Sebaik-baik pernikahan adalah yang paling mudah.” (Hadis Riwayat Abu Daud, 6/13, no. 1808. Dinilai sahih oleh al-Albani).

Jadinya apabila kitani memandang perkara ini didalam kacamata ISLAM, bermakna nikah kawin itu tidak perlu susah-susah, malah ianya harus di senang-senangkan. So perkara ani harus diambil perhatian kepada kitani semua, janganlah kita membebankan diri sendiri dan juga pihak yang lain. Yang menakutkan adalah jika adanya fikiran-fikiran singkat yang akan membuat keputusan diluar kawalan seperti terjadinya ZINA berleluasa disana sini, salah satu puncanya adalah kerna hendak NIKAH DAN KAHWIN adalah MAHAL. Jadinya bagaimana kah kitani kan menyahut seruan TITAH KDYMM Baginda Sultan agar menjadikan negara kitani sebagai NEGARA ZIKIR??? Semua atu akan berbalik kepada kitani semua! Marilah kitani sama-sama fikirkan dan ambil pendekatan yang khusus mengenai perkara ini. 


Mohon maaf dan silap andainya ada perkataan yang kurang sopan sepanjang penulisan saya kali ini. Sekian

Wassalam..

seribrunei.